Pencapaian tertinggi
untukku bukanlah apa yang sudah kulakukan untuk orang yang tepat tetapi
apa yang sudah kulakukan di waktu yang tepat .
Malam itu aku kembali bertemu
dengan seorang Wanita Cantik Bersahaja yang sudah cukup lama menjalin hubungan
jarak jauh dengan ku, dia bernama Zella Jamilla, kami bertemu di Bandar
Lampung tempat ku tinggal. Sebenarnya hari itu bukan lah jadwal kami untuk bertemu,
namun karena saat itu dia harus menghadiri pernikahan sahabat nya dan ada
urusan penting, aku mengambil kesempatan untuk bertemu dengan nya.
“Tiiiiiinnnnn” Klakson mobil
ku berbunyi di depan rumah salahsatu sahabatnya.
“Assalamualaikum” Dia masuk
kedalam mobil sembari mengambil tanganku dan menyentuhkan ke dahi nya.
“Waalaikumsalam cantik” Aku
selintas membelai kepala nya yang dibalut dengan jilbab berwarna pink.
“Kita kebutik temen ku waktu
itu ya ngambil gaun, kamu tau kan?”
“Tau dong, aku kan yang
megang lampung ha ha ha”
“Duh ileh, iya sih anak gaul
lampung”
“Ssstttt aku digauli”
“Digauli siapa?”
“Dia…” Seketika aku asal
menunjuk bapak-bapak yang sedang berjalan memakai sarung kotak-kotak berwarna
dominan ungu, peci jaring-jaring sedikit miring, dan baju partai bergambar
banteng. Sepertinya bapak-bapak itu abis pulang nge Band.
“Hahaha selalu gilak deh kamu
ini” Tawa nya yang di iringi nada memuji.
“Hah gilak?
Hasdbasdvrasdrshyvhgj” Seketika aku menirukan gaya orang gila.
“Hahaha udah ah fokus nyetir
nyaaaaa”
“Oke oke, tapi kamu jangan
lirik-lirik aku ya”
“Dih, geer hih!”
“Ciyeeee mata kaki nya
ngelirik ke akuuu”
“Hahaha ini bukan mata kaki,
ini mata Najwa”
“Hahaha. Eh kita makan dulu
ya nanti”
“Oke deh siap”
Kami memang suka berbincang
dengan candaan, karena kami menyadari betapa sulit nya untuk bertemu sehingga
sangat enggan melewatkan momentum dengan obrolan yang menyinggung, bagiku tawa
nya adalah pemacu jantung di hubungan kami, dan dengan nya lah aku belajar
menghargai waktu.
Diperjalanan kami terjebak
macet panjang, mungkin karena malam itu malam minggu jadi menimbulkan banyak
Jomblo berkeliaran dan sengaja membuat macet dengan Demo di
Bunderan Gajah sambil mengibarkan spanduk bertuliskan “PACARAN ITU MUSYRIK”
“JOMBLO ITU IBADAH” “NAIKKAN HARGA DIRI KAMI BEB”.
Kami pun terpaksa harus
menikmati macet panjang itu ditemani lagu Raisa Hari Bahagia yang ikut di
nyanyikan nya di dalam mobil, suara nya yang merdu seperti suara Nasar, eh
maaf maksud ku seperti suara Raisa, membuatku tenggelam dalam
imajinasi Khayalan masadepan.
Mungkin hari ini, semua hanya
mimpi
Tapi cepat atau lambat, semua
kan terjadi
Tawa dan canda mu, aku di
sampingmu
Kita erat bersepakat, kelak
kan kesana
Cinta bukan satu-satu nya,
yang bawa kita kesana
Sebut saja dia logika, menang
mengalah bahagia
Tidak terasa waktu menghantarkan kami ke sebuah Restaurant yang tidak terlalu mewah namun romantis. Kami pun berjalan masuk ke dalam Restaurant tersebut dan menghampiri sebuah pondok yang terletak di pojok samping kolam renang.
“Hah? Kita gak salah kesini?”
Tanya nya dengan nada terkejut.
“Hah? nggak, kenapa?” Aku pun
membalas dengan terkejut pula.
“Huaaaa sayaaaaaaaaang”
“Yuk duduk disini, liat dari
deket”
“Hehe iya, ini dari kapan
kamu dekorasi nya?”
“Gimana? Suka gak? Ini
dadakan sih dibantu temen aku, semoga kamu suka”
“Suka banget sayang makasih
ya” Seketika dia memegang erat tanganku dengan wajah yang
tidak bisa ditutupi kebahagiaan nya.
“Iya, happy anniversarry yang
kemaren ya” Aku membelai pipi nya yang lembut dengan penuh kenyamanan.
“Happy anniversary juga
sayang, kamu baik banget sih”
“Yeeee ini kan kewajiban aku,
buat sesuatu di hubungan kita”
“Tapi ini kan bukan annive
kita yang ke setahun, udah dibuat kayakgini”
“Aku takut gak sempet
bahagiain kamu aja”
“Aku tuh bahagia terus loh,
kalo ketemu kamu”
“Aku takut gak bisa ketemu
kamu lagi”
“Hussss, emang kamu mau
kemana?”
“Kamu yang kemana…”
“Aku tetep disini kok…” Dia
menghantarkan ujung telunjuk nya kearah dada ku.
“Kalo gitu, kamu
bersedia menikah dengan aku?” Aku bertanya dengan tatapan serius dan
ketulusan hati yang sudah lama ingin ku ucap di momentum seperti ini.
“Iya, aku mau banget…” Dia
menjawab dengan begitu cepat dan yakin sehingga sempat membuat ku sesak nafas.
Aku bisa melihat keseriusan
itu dari tatapan mata nya, dan seketika itu pula aku merasakan kebahagiaan yang
teramat sangat, mungkin sama seperti kebahagiaan Ivan Gunawan yang diterima
cinta nya oleh Ayu Tingting, ehh di terima gak sih? ahh sudah lupakan.
Dan ditengah-tengah kebahagiaanku itu, tiba-tiba dia mendekatkan diri nya ke arah ku yang membuat jantung ku semakin berdegub, di iringi jemari tangan yang sangat lembut menyentuh pundak kiri ku, ditambah lagi bibir tipis nya bergerak seirama dengan detak jantung ku, yang kemudian mengeluarkan kata “Hei hei udah gak macet lagi tuh, kok kamu bengong?”.
Byarrrrrrrr, teguran nya yang mengagetkan otomatis membuyarkan semua Khayalan indah itu. Dengan raut wajah kaget kecewa dan dicampur kesal aku menjalankan kembali mobil ku menuju butik teman nya.
“Kita sebentar lagi sampe
butik nya nih, aku tunggu di parkiran aja yah” Kata ku pelan.
“Kamu beneran gpp nunggu
diparkiran?”
“Iya, gak enak sama temen
kamu”
“Yeee gpp kali dia mah orang
nya cuek, lagian kan kamu juga kenal”
“Ya justru karena aku kenal
itu jadi gak enak, aku malu”
“Malu kenapa?”
“Malu aja karena aku gak
pesen baju juga di butik nya hehe”
“Hmm.. yaudah aku ngambil
gaun nya dulu ya sambil cocokin sebentar soalnya dikejer deadline
nih”
“Emang kapan kamu pake nya?”
“Ya di acara itu”
“Lamaran atau Nikahan?”
“Lamaran dulu katanya”
Dia membuka pintu mobil,
dengan serentak aku pun memegang lembut tangan nya sambil berkata :
“Happy anniversary yang
kemaren ya”
“Kita kan…….”
“Eh maksud aku happy failed
anniversary ya”
“Iya…”
“Selamat bahagia di
Pernikahan kamu nanti”
“Makasih... nanti kita jadi
makan kan?”
“Hmm gak jadi, aku lupa harus
ikut Demo di Bunderan Gajah”
Pencapaian tepat waktu itu
menghantarkan ku ke dalam situasi Menang Mengalah untuk Bahagia. Berbuat
sesuatu untuk terakhir kali sebelum timbul penyesalan.
F.A
Senin, 26 Januari 2015
0 comments:
Posting Komentar