0
“Lagi sayang sama kamu hahaha”
"Kamu lagi ngapain?"
“Lagi sayang sama kamu hahaha”
“Kamu mah gitu, aku kan serius!”
“Iya iya maaf”
“Serius sayang juga sama kamu”
“Hahaha” Aku hanya tertawa dengan
wajah sedikit licik seperti pemeran antagonis di film Tersanjung 6. Karena aku
sudah tau arah bicara nya akan kesana.
“Kamu kenapa ketawa?” Tanya nya
sambil menghela nafas seperti orang yang akan bersiap-siap untuk Adzan.
“Hahaha gpp kamu lucu sih” Pujiku
sambil membersihkan layar handphone yang terkena minyak dari pipiku.
“Kan ketularan dari kamu. Kamu
emang penyakit menular hahaha” Tawa nya yang sayup
terdengar memecahkan konsentrasi
ku dan seketika membayangkan wajah nya yang putih, bibir nya yang tipis, mata
nya yang bulat tajam, dan hijab berwarna terang yang selalu
matching dengan tas.
Malam itu aku sedang
berkomunikasi melalui handphone dengan Pacar ku yang bernama
Zaskia Janeta.
Kami menjalani hubungan jarak
jauh B.Lampung-Jakarta.Sebenarnya tidak terlalu jauh karena hanya dengan naik
Bus Damri dari jam 10 malam sampai jam 8 pagi aku sudah bisa bertemu
dengan nya dan mengecup kening nya yang seolah-olah bertuliskan ‘cium disini’.
Namun yang membuat kita jauh adalah pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan dan
terpaksa harus menunggu waktu libur untuk bisa bertemu. Huh nasib LDR.
Malam itu hubungan kami sudah
berumur 8 bulan 17 hari. Tidak terasa bagi dua pasangan yang sedang menjalani
hubungan jarak jauh. Karena selama itu kami baru bertemu kurang lebih 8 kali,
jadi masih sering terkejut kalau melihat perubahan tubuh masing-masing. Kadang
aku gemuk dia kaget, kadang dia gemuk aku kaget, kadang aku kaget dia kaget.
Huh kami memang pasangan kaget.
Sembari menelpon, aku
menghidupkan suara musik dari handphone ku yang satu nya lagi, lagu yang aku
mainkan adalah lagu dari Tompi Tak Pernah Setengah Hati, aku mainkan
berulang-ulang karena lirik nya yang membuat malam itu semakin romantis dan
kebetulan memang cuma lagu itu yang ada di handphone ku.
Tak pernah setengah hati, ku
mencintaimu, ku memiliki dirimu
Setulus tulusnya jiwa, kuserahkan
semua, hanya untukmu.
“Kamu inget gak pas anniversary
kemaren di dufan, kita main wahana kora-kora, seru ya” lanjut bicara nya
“Iya seru banget, aku teriak nya
paling kenceng, kamu nya sambil ngerekam sih”
“Takut handphone nya jatoh ya?
Hahaha”
“Bukan, aku emang sengaja teriak
kenceng, biar kamu inget teriakan aku, ekspresi wajah aku, gak bisa diumpetin
kalo aku bahagia deket sama kamu”
“Ahhh kamu gombal syebelll . Eh
kamu tau gak kenapa kora-kora cuma bisa maju mundur tapi buat kita teriak
ketakutan?”
“Hmm karena dia mau ngalahin
syahrini maju mundur cantik cantik cantik kan… aku juga suka takut tuh liat nya”
“Heh salah, karena sesuatu yang
dijalani dengan maju mundur itu akan membuat kita merasa takut, entah itu
tentang kehilangan atau apapun, tapi kalau kita bisa tentuin sikap mau maju
atau mau mundur pasti gak akan takut lagi. Gitu”
“Oh gitu, tapi kalo kora-kora
cuma bisa maju doang gak akan ada yang mau naek dong, kasian yang nyetut di
belakang hahaha”
“Ah kamu becanda mulu. Syebel”
“Iya iya maaf. Aku becanda bukan
berarti gak serius, tapi sesuatu yang serius jika dijalani sambil tertawa itu
lebih menyenangkan sayang”
“Iya iya aku tau kamu, oya aku
mau ngomong serius sama kamu boleh?” seketika nada bicara nya menjadi
benar-benar serius, dan seketika itu pula aku terheran, karena sebelum nya dia
tidak pernah ingin bicara se serius ini denganku.
“Ngomong apa? Ngomong aja kali”
“Ini tentang papa mama aku.
Mereka….”
“Mereka kenapa?”
“Aku boleh cerita dulu dari awal?”
“Cerita aja, tapi ending nya
duluan ya, gak sabar nih”
“Awal nya dulu biar kamu ngerti
sayang”
“Iya iya cepetan cerita!”
“Iya iya, jadi gini…” dia memulai
cerita nya yang kurang lebih menghabiskan waktu 20 menit. Dan seketika ending
dari cerita itu membuatku terdiam, blank, dan tidak tau apa yang harus
dikatakan lagi. Dengan di iringi isak tangis dia meminta maaf kepadaku karena
tidak bisa melanjutkan hubungan lagi dengan alasan tuntutan orangtua nya yang
melarang berpacaran atas dasar ajaran agama. Dia hanya boleh Ta’aruf.
Namun aku mengIYAkan permintaan
nya dengan begitu cepat, karena tangisan nya membuat Ego ku menjadi lemah,
sehingga aku harus mengalah agar dia tidak merasa di ditengah-tengah suatu
pilihan.
Tak pernah aku niati, untuk
melukaimu, atau meninggalkan dirimu
Sesalku selalu, bila tak sengaja,
aku buat kau menangis.
“Maafin aku, aku takut kualat,
makanya aku memilih nentuin sikap untuk mundur” lanjut bicara nya diiringi
dengan suara tangisan kecil.
“Iya aku ngerti kok, kamu anak
yang berbakti sama orangtua, aku bangga sama kamu” jawabku sambil menahan
airmata yang juga sebentar lagi menetes.
“Kamu berhak juga kok, nentuin
sikap untuk hidup kamu mau maju atau mundur”
“Aku udah nentuin sikap kok, aku
lebih memilih maju mundur tapi tau kapan akan berhenti. Seperti yang kamu liat
dari rekaman itu, teriakan aku, ekspresi wajah aku, gak pernah ada rasa takut,
karena aku percaya bisa melawan rasa takutnya asal sama kamu”
“hmmm…”
“Dan mungkin saat ini aku
menemukan orang yang tepat di waktu yang salah”
“Jangan ngomong gitu. Makasih ya
kamu baik banget jadi cowo, diantara orang-orang yang pernah berhubungan dengan
aku, kamu yang paling baik”
“Sudah…Berbahagialah….”
Memiliki, mencintai, dirimu,
kasihku
Tak akan pernah, membuat diriku
menyesal
Sungguh matiku, hidupku kan
selalu, membutuhkan kamu.
Setelah malam haru itu kami putus
komunikasi hingga beberapa bulan. Sampai suatu ketika hasrat Kepo memuncak yang
akhirnya aku tergerak melihat perkembangan nya di sosial media.
Melihat postingan foto makanan
dan resep masakan nya di Path disertai komentar teman-teman nya yang selalu
meledek dengan sebutan ‘calon manten’.
Dan juga melihat postingan foto
narsis nya di Instagram yang tetap saja Cantik, Bersahaja, Dibalut dengan hijab
syar’i, atau yang sering aku sebut dengan hijab sosis, karena cara memakai nya
sama seperti tagline sosis sonice ‘tinggal Lebbb’.
Sampai suatu ketika aku tidak
sengaja melihat rekaman video nya di instagram, duduk di sebuah kora-kora
sendiri tanpa seseorang disampingnya, sembari direkam dari arah bawah antrian,
teriakan dan ekspresi nya membuat ku bernostalgia kejadian yang lalu, sampai
tiba ditengah-tengah rekaman, si perekam mengarahkan rekaman nya ke arah
dirinya sendiri, ternyata dia adalah pria yang menjalani Ta’aruf dengan Zaskia
Jenita karena keinginan orangtua nya saat itu, yang sekarang telah resmi
menjadi Suami nya. Akhirnya kesedihanku mencapai klimaks nya.
Selintas aku berkomentar di postingan
video tersebut :
“Senang nya bisa liat kamu
bahagia” dilapisi emoticon senyum menandakan ketegaran hatiku melihat video itu.
“Makasih, selalu senang untukku”
dia membalas dengan sangat datar tapi mengena di hati, karena setidak nya dia
masih mau membalas komentarku.
Dan akupun memberanikan diri
membalas :
“Menjalani maju mundur kehidupan
ternyata masih lebih baik ya, daripada hanya bisa melihat dan merekam tanpa
mencoba nya sama sekali”
F.A
Senin, 26 Januari 2015
0
Tidak terasa waktu menghantarkan kami ke sebuah Restaurant yang tidak terlalu mewah namun romantis. Kami pun berjalan masuk ke dalam Restaurant tersebut dan menghampiri sebuah pondok yang terletak di pojok samping kolam renang.
Dan ditengah-tengah kebahagiaanku itu, tiba-tiba dia mendekatkan diri nya ke arah ku yang membuat jantung ku semakin berdegub, di iringi jemari tangan yang sangat lembut menyentuh pundak kiri ku, ditambah lagi bibir tipis nya bergerak seirama dengan detak jantung ku, yang kemudian mengeluarkan kata “Hei hei udah gak macet lagi tuh, kok kamu bengong?”.
Byarrrrrrrr, teguran nya yang mengagetkan otomatis membuyarkan semua Khayalan indah itu. Dengan raut wajah kaget kecewa dan dicampur kesal aku menjalankan kembali mobil ku menuju butik teman nya.
F.A
Pencapaian tertinggi
untukku bukanlah apa yang sudah kulakukan untuk orang yang tepat tetapi
apa yang sudah kulakukan di waktu yang tepat .
Malam itu aku kembali bertemu
dengan seorang Wanita Cantik Bersahaja yang sudah cukup lama menjalin hubungan
jarak jauh dengan ku, dia bernama Zella Jamilla, kami bertemu di Bandar
Lampung tempat ku tinggal. Sebenarnya hari itu bukan lah jadwal kami untuk bertemu,
namun karena saat itu dia harus menghadiri pernikahan sahabat nya dan ada
urusan penting, aku mengambil kesempatan untuk bertemu dengan nya.
“Tiiiiiinnnnn” Klakson mobil
ku berbunyi di depan rumah salahsatu sahabatnya.
“Assalamualaikum” Dia masuk
kedalam mobil sembari mengambil tanganku dan menyentuhkan ke dahi nya.
“Waalaikumsalam cantik” Aku
selintas membelai kepala nya yang dibalut dengan jilbab berwarna pink.
“Kita kebutik temen ku waktu
itu ya ngambil gaun, kamu tau kan?”
“Tau dong, aku kan yang
megang lampung ha ha ha”
“Duh ileh, iya sih anak gaul
lampung”
“Ssstttt aku digauli”
“Digauli siapa?”
“Dia…” Seketika aku asal
menunjuk bapak-bapak yang sedang berjalan memakai sarung kotak-kotak berwarna
dominan ungu, peci jaring-jaring sedikit miring, dan baju partai bergambar
banteng. Sepertinya bapak-bapak itu abis pulang nge Band.
“Hahaha selalu gilak deh kamu
ini” Tawa nya yang di iringi nada memuji.
“Hah gilak?
Hasdbasdvrasdrshyvhgj” Seketika aku menirukan gaya orang gila.
“Hahaha udah ah fokus nyetir
nyaaaaa”
“Oke oke, tapi kamu jangan
lirik-lirik aku ya”
“Dih, geer hih!”
“Ciyeeee mata kaki nya
ngelirik ke akuuu”
“Hahaha ini bukan mata kaki,
ini mata Najwa”
“Hahaha. Eh kita makan dulu
ya nanti”
“Oke deh siap”
Kami memang suka berbincang
dengan candaan, karena kami menyadari betapa sulit nya untuk bertemu sehingga
sangat enggan melewatkan momentum dengan obrolan yang menyinggung, bagiku tawa
nya adalah pemacu jantung di hubungan kami, dan dengan nya lah aku belajar
menghargai waktu.
Diperjalanan kami terjebak
macet panjang, mungkin karena malam itu malam minggu jadi menimbulkan banyak
Jomblo berkeliaran dan sengaja membuat macet dengan Demo di
Bunderan Gajah sambil mengibarkan spanduk bertuliskan “PACARAN ITU MUSYRIK”
“JOMBLO ITU IBADAH” “NAIKKAN HARGA DIRI KAMI BEB”.
Kami pun terpaksa harus
menikmati macet panjang itu ditemani lagu Raisa Hari Bahagia yang ikut di
nyanyikan nya di dalam mobil, suara nya yang merdu seperti suara Nasar, eh
maaf maksud ku seperti suara Raisa, membuatku tenggelam dalam
imajinasi Khayalan masadepan.
Mungkin hari ini, semua hanya
mimpi
Tapi cepat atau lambat, semua
kan terjadi
Tawa dan canda mu, aku di
sampingmu
Kita erat bersepakat, kelak
kan kesana
Cinta bukan satu-satu nya,
yang bawa kita kesana
Sebut saja dia logika, menang
mengalah bahagia
Tidak terasa waktu menghantarkan kami ke sebuah Restaurant yang tidak terlalu mewah namun romantis. Kami pun berjalan masuk ke dalam Restaurant tersebut dan menghampiri sebuah pondok yang terletak di pojok samping kolam renang.
“Hah? Kita gak salah kesini?”
Tanya nya dengan nada terkejut.
“Hah? nggak, kenapa?” Aku pun
membalas dengan terkejut pula.
“Huaaaa sayaaaaaaaaang”
“Yuk duduk disini, liat dari
deket”
“Hehe iya, ini dari kapan
kamu dekorasi nya?”
“Gimana? Suka gak? Ini
dadakan sih dibantu temen aku, semoga kamu suka”
“Suka banget sayang makasih
ya” Seketika dia memegang erat tanganku dengan wajah yang
tidak bisa ditutupi kebahagiaan nya.
“Iya, happy anniversarry yang
kemaren ya” Aku membelai pipi nya yang lembut dengan penuh kenyamanan.
“Happy anniversary juga
sayang, kamu baik banget sih”
“Yeeee ini kan kewajiban aku,
buat sesuatu di hubungan kita”
“Tapi ini kan bukan annive
kita yang ke setahun, udah dibuat kayakgini”
“Aku takut gak sempet
bahagiain kamu aja”
“Aku tuh bahagia terus loh,
kalo ketemu kamu”
“Aku takut gak bisa ketemu
kamu lagi”
“Hussss, emang kamu mau
kemana?”
“Kamu yang kemana…”
“Aku tetep disini kok…” Dia
menghantarkan ujung telunjuk nya kearah dada ku.
“Kalo gitu, kamu
bersedia menikah dengan aku?” Aku bertanya dengan tatapan serius dan
ketulusan hati yang sudah lama ingin ku ucap di momentum seperti ini.
“Iya, aku mau banget…” Dia
menjawab dengan begitu cepat dan yakin sehingga sempat membuat ku sesak nafas.
Aku bisa melihat keseriusan
itu dari tatapan mata nya, dan seketika itu pula aku merasakan kebahagiaan yang
teramat sangat, mungkin sama seperti kebahagiaan Ivan Gunawan yang diterima
cinta nya oleh Ayu Tingting, ehh di terima gak sih? ahh sudah lupakan.
Dan ditengah-tengah kebahagiaanku itu, tiba-tiba dia mendekatkan diri nya ke arah ku yang membuat jantung ku semakin berdegub, di iringi jemari tangan yang sangat lembut menyentuh pundak kiri ku, ditambah lagi bibir tipis nya bergerak seirama dengan detak jantung ku, yang kemudian mengeluarkan kata “Hei hei udah gak macet lagi tuh, kok kamu bengong?”.
Byarrrrrrrr, teguran nya yang mengagetkan otomatis membuyarkan semua Khayalan indah itu. Dengan raut wajah kaget kecewa dan dicampur kesal aku menjalankan kembali mobil ku menuju butik teman nya.
“Kita sebentar lagi sampe
butik nya nih, aku tunggu di parkiran aja yah” Kata ku pelan.
“Kamu beneran gpp nunggu
diparkiran?”
“Iya, gak enak sama temen
kamu”
“Yeee gpp kali dia mah orang
nya cuek, lagian kan kamu juga kenal”
“Ya justru karena aku kenal
itu jadi gak enak, aku malu”
“Malu kenapa?”
“Malu aja karena aku gak
pesen baju juga di butik nya hehe”
“Hmm.. yaudah aku ngambil
gaun nya dulu ya sambil cocokin sebentar soalnya dikejer deadline
nih”
“Emang kapan kamu pake nya?”
“Ya di acara itu”
“Lamaran atau Nikahan?”
“Lamaran dulu katanya”
Dia membuka pintu mobil,
dengan serentak aku pun memegang lembut tangan nya sambil berkata :
“Happy anniversary yang
kemaren ya”
“Kita kan…….”
“Eh maksud aku happy failed
anniversary ya”
“Iya…”
“Selamat bahagia di
Pernikahan kamu nanti”
“Makasih... nanti kita jadi
makan kan?”
“Hmm gak jadi, aku lupa harus
ikut Demo di Bunderan Gajah”
Pencapaian tepat waktu itu
menghantarkan ku ke dalam situasi Menang Mengalah untuk Bahagia. Berbuat
sesuatu untuk terakhir kali sebelum timbul penyesalan.
F.A
Senin, 26 Januari 2015